PUSAT LABA
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
DI SUSUN OLEH :
1. REKA HAMDANI ( 15110226 )
2.
ROSSY ( 15110189 )
3. TRIA FEBRILIA ( 15110231 )
JURUSAN :
AKUNTANSI
DOSEN : USWATUN
HASANAH, SE, MM, M.Ak
JL.RAYA CILEUNGSI JONGGOL KM.1 DESA. CILEUNGSI KIDUL
KEC.CILEUNGSI KAB.BOGOR 16820 (FLYOVER CILEUNGSI)
TELP : (021) 8249 1984 – 8248 2930
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr.Wb
Puji dan Syukur kami panjatkan atas
kehadiran Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah dari Allah SWT, kami
dapat menyelesaikan makalah Sistem Pengendalian Manajemen yang berjudul ”Pusat
Laba” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pusat pertanggungjawaban yang ada di suatu perusahaan, terutama
pusat laba. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi orang lain
dan dapat digunakan sebagai sumber referensi yang sekiranya bisa menjadi ilmu
yang bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Tentunya dalam penulisan ini, kami
memiliki banya kekurangan. Oleh karena itu, kami terbuka untuk semua kritik dan
saran yang tentunya bersifat membangun agar dapat dijadikan perbaikan pada masa
yang akan datang.
Wassalamualaikum
Wr.Wb
Cileungsi,
10 Maret 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................. ....
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah........................................................................ ....
1.2.Perumusan
Masalah............................................................................... ....
1.3.Tujuan ........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Pusat Laba .............................................................................. ....
2.2. Manfaat
dan Kelemahan Pusat Laba ....................................................
2.3. Jenis-Jenis Pengukuran Pusat Laba ......................................................
2.4. Kesulitan yang Dihadapi Pusat Laba
………………….......................
2.5. Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba ……………………………...............
2.6. Pusat Laba Lainnya
....................................................................……..
2.7. Contoh Kasus
.......................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika
tanggungjawab pelaksanaan keuangan pusat diukur dalam bentuk laba (selisih
antara pendapatan dengan beban), pusat tersebutlah yang disebut sebagai pusat laba.
Keberadaan
suatu pusat laba akan relevan ketika perencanaan dan pengendalian laba mengacu
kepada pengukuran unit masukan dan keluaran dari pusat laba yang bersangkutan.
Langkah utama dalam membuat pusat laba adalah menentukan titik terendah dalam
organisasi dimana kedua kondisi diatas terpenuhi.
Seluruh
pusat tanggung jawab diibaratkan sebagai suatu kesatuan rangkaian yang mulai
dari pusat tanggung jawab yang sangat jelas. Manajemen harus memutuskan apakah
keuntungan dari tanggung jawab laba akan dapat menutupi kerugiannya.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah
ini membahas tentang :
1. Definisi Pusat Laba
2. Manfaat dan Kelemahan Pusat Laba
3. Jenis-Jenis Pengukuran Pusat Laba dan Kesulitan yang
Dihadapi Pusat laba
4. Unit bisnis dan Pusat Laba Lainnya
1.3 Tujuan
Tujuan
dari makalah ini adalah untuk mengetahui definisi dari pusat laba atau pusat
pertanggungjawaban serta manfaat dan kelemahan pusat laba. Termasuk unit bisnis
dan pusat laba lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pusat Laba
Pusat
laba (profit center) merupakan pusat pertanggungjawaban yang memiliki
kewenangan untuk mengendalikan biaya-biaya dan menghasilkan pendapatan, tetapi
tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan tentang investasi. Pusat
laba hanya bertanggungjawab terhadap tingkat laba yang harus dicapai.
Menurut
Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan dalam bukunya yang berjudul “Sistem Pengendalian
Manajemen” yang
diterjemahkan oleh F.X. Kurniawan Tjakrawala, menjelaskan bahwa : “Pusat laba adalah
suatu unit organisasi dimana didalamnya pendapatan dan pengeluarannya diukur
berdasarkan kondisi moneter.” (2002;181).
Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan
manajemen senior untuk dapat menggunakan satu indicator yang komprehensif,
dibandingkan jika harus menggunakan beberapa indicator.
Banyak keputusan manajemen melibatkan usulan untuk meningkatkan beban
dengan harapan bahwa hal itu akan menghasilkan peningkatan yang lebih besar
dalam peningkatan penjualan keputusan semacam ini disebut sebagai pertimbangan biaya/pendapatan.
2.2 Manfaat dan Kelemahan Pusat Laba
Manfaat dari
pusat laba diantaranya :
1. Keputusan operasional dapat dilakukan lebih cepat
karena tidak memerlukan pertimbangan dari kantor pusat.
2. Kualitas keputusan cenderung lebih baik, karena
dilakukan oleh orang yang benar-benar mengerti tentang keputusan tersebut.
3. Memberikan tempat pelatihan bagi kemampuan
manajerial secara umum dan dapat difungsikan sebagai sarana pelatihan yang
handal.
4. Memudahkan kantor pusat untuk memperoleh informasi profitabilitas
dari komponen produk-produk perusahaan.
5. Untuk meningkatkan kinerja yang kompetitif, karena
output yang jelas dan siap pakai sangat respontif terhadap suatu tekanan.
Kelemahan
dari pusat laba diantaranya :
1. Manajer pusat laba cenderung hanya memeperhatikan
laba jangka pendek.
2. Menimbulkan persaingan organisasi, yang pada awalnya bekerja sama antara fungsi
satu dengan fungsi yang lainnya.
3. Menimbulkan biaya tambahan yang dikeluarkan untuk
kegiatan manajerial divisi.
4. Terlalu banyak tekanan atas profitabilitas jangka
pendek dengan mengorbankan profitabilitas jangka panjang.
2.3 Jenis-Jenis
Pengukuran Pusat Laba
a. Margin Kontribusi
Margin
kontribusi merupakan selisih antara pendapatan dengan biaya variabel. Margin
kontribusi ini digunakan sebagai alat pengukur kinerja manajer pusat laba dan
seluruh pengeluaran pusat laba berda dalam kendali manajer tersebut sedangkan
biaya tetap diluar kendalinya.
b. Laba Langsung
Laba
langsung merupakan kontribusi pusat laba dikurangi dengan biaya tetap maupun overhead
umum. Ukuran ini menggabungkan pengeluaran seluruh pusat laba, sebagaimana
pengeluaran yang terjadi di kantor pusat tidak termasuk dalam perhitungan ini.
c. Laba yang Dapat Dikendalikan
Pengeluaran-pengeluaran
yang dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu dapat dikendalikan dan
tidak dapat dikendalikan. Yang termasuk dalam kategori yang dapat dikendalikan
contohnya layanan teknologi informasi. Jika biaya-biaya ini termasuk dalam
sistem pengukuran, maka laba yang dihasilkan akan dikurangi dengan seluruh
biaya yang dipengaruhi oleh manajer pusat laba tersebut.
d. Laba Sebelum Pajak
Laba sebelum
pajak merupakan seluruh biaya overhead yang dialokasikan ke pusat laba
berdasarkan jumlah relatif beban yang dikeluarkan oleh pusat laba. Hal ini akan
memberikan kepastian bahwa para manajer pusat laba tidak akan mengeluh karena
laporan kinerja mereka tidak akan menunjukkan varians dalam alokasi overhead.
e. Laba Bersih
Perusahaan
mengukur kinerja pusat laba berdasarkan laba bersih, yaitu jumlah laba bersih
setelah pajak.
2.4 Kesulitan yang Dihadapi Pusat Laba
Selain manfaat
yang diperoleh, pusat-pusat laba dapat menimbulkan beberapa kesulitan,
diantaranya :
1. Pengambilan keputusan yang terdesentralisasi akan
memaksa manajemen puncak untuk mengandalkan laporan pengendalian manajemen dan
bukan wawasan pribadinya atas suatu operasi, sehingga mengakibatkan hilangnya
pengendalian.
2. Kualitas krputusan yang diambil pada tingkat unit
berkurang, jika manajemen kantor pusat lebih mampu dan meiliki informasi yang
lebih baik daripada manajer pusat laba pada umumnya.
3. Perselisihan dapat meningkat karena adanya
argumen-argumen mengenai harga transfer yang sesuai, pengalokasian biaya umum
yang tepat, dan kredit untuk pendapatan yang sebelumnya dihasilkan secara
bersama-sama oleh dua atau lebih unit bisnis.
4. Para manajer yang kompeten mungkinsaja tidak ada
dalam organisasi fungsional, karena tidak adanya kesempatan yang cukup untuk
mengembangkan kompetensi manajemen umum.
5. Tidak adanya sistem yang memuaskan untuk memastikan
bahwa optimalisasi laba dari masing-masing pusat laba akan mengoptimalkan laba
perusahaan secara keseluruhan.
2.5 Unit Bisnis sebagai Pusat Laba
Para
manajer berperan untuk mempengaruhi pendapatan dan beban sedemikian rupa,
sehingga dapat dianggap bertanggung jawab atas laba bersih. Meskipun demikian,
seorang manajer dapat dibatasi dengan berbagai cara yang sebaiknya dicerminkan
dalam desain dan operasi pusat laba, yaitu :
1. Batasan atas Wewenang Unit Bisnis
Untuk
memahami sepenuhnya manfaat dari konsep pusat laba, manajer unit bisnis akan
memiliki otonomi dari suatu perusahaan independen. Jika suatu perusahaan dibagi
menjadi unit-unit yang sepenuhnya independen, maka perusahaan akan kehilangan
manfaat dari sinergi dan ukuran yang ada. Dan jika semua wewenang yang
diberikan oleh dewan direksi kepada CEO didelegasikan ke manajer unit bisnis,
maka artinya manajer senior melepaskan tanggung jawabnya sendiri. Akibatnya
struktur unit bisnis mencerminkan trade-of
antara otonomi unit bisnis dan
batasan perusahaan. Efektifitasnya suatu organisasi unit bisnis sangat
tergantung pada hal tersebut.
2. Batasan dari Unit Bisnis Lain
Salah satu masalah utama terjadi ketika suatu unit
bisnis harus berurusan dengan unit bisnis lain. Sangatlah berguna untuk
memikirkan pengelolaan suatu pusat laba dalam hal pengendalian atas tiga jenis
keputusan : (1) keputusan produk (2) keputusan pemasaran (3) keputusan
perolehan atau sourcing (bagaimana
mendapatkan atau memproduksi barang atau jasa). Jika seorang manajer unit
bisnis mengendalikan ketiga aktivitas tersebut, biasanya tidak akan ada
kesulitan dalam melaksanakan tanggung jawab laba atau mengukur kinerja, semakin
sulit melaksanakan tanggung jawab pusat laba tunggal untuk kegiatan aktivitas
tersebut.
3. Batasan dari Manajemen Korporat
Batasan-batasan
yang dikenakan oleh manajemen korporat dikelompokan menjadi tiga bagian : (1)
batasan yang timbul dari pertimbangan-pertimbangan strategi (2) batasan yang
timbul karena adanya keseragaman yang diperlukan dan (3) batasan yang timbul
dari nilai ekonomis sentralisasi.
Manajemen
korporat juga menggunakan batasan lain. Setiap unit bisnis memiliki perjanjian
yang menyatakan aktivitas-aktivitas pemasaran dan atau produksi tersebut harus
menjaga untuk tidak beroperasi diluar perjanjian tersebut, meskipun unit
produksi tersebut melihat kesempatan laba, selain itu pemeliharaan citra korporat
juga memerlukan batasan atas kualitas produk atau atas aktivitas-aktivitas
hubungan masyarakat.
2.6 Pusat Laba Lainnya
1. Unit-Unit Fungsional
Perusahaan-perusahaan
multibisnis biasanya terbai kedalam unit-unit bisnis, dimana setiap unit
diperlakukan sebagai unit penghasil laba yang independen. Tetapi, subunit yang
ada dalam unit bisnis tersebut dapat saja terorganisasi secara fungsional.
Terkadang lebih mudah untuk membuat satu atau lebih untuk fungsional misalnya
aktivitas operasi pemasaran, manufactur, dan jasa sebagai pusat laba. Tidak ada
prinsip-prinsip tertentu yang menyatakan bahwa jenis unit tertentu yang
menyatakan bahwa jenis unit tertentu yang merupakan pusat laba dan yang lainnya
bukan. Keputusan pihak manajemen untuk pusat labanya haruslah berdasarkan
besarnya pengaruh yang dilaksanakan oleh manajer unit terhadap aktivitas yang
mempengaruhi laba bersih.
2. Pemasaran
Aktivitas
pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba dengan membebankan biaya dari
produk yang terjual. Harga transfer ini memberikan informasi yang relevan bagi
manajer pemasaran dalam membuat trade-off
pendapatan/pengeluaran yang optimal dan praktik standar untuk mengukur manajer
pusat laba berdasarkan profitibalitasnya akan memberikan evaluasi terhadap trade-off yang dibuat.
3. Manufactur
Aktivitas
manufactur biasanya merupakan pusat beban dimana manajemen dinilai berdasarkan
kinerja versus biaya standar dan anggaran overhead. Oleh karena itu, dimana
proses manufactur diukur dengan biaya standar, dianjurkan membuat evaluasi yang
terpisah atas aktivitas-aktivitas seperti pengendalian mutu, penjadwalan
produk, dan keputusan buat atau beli.
Beberapa
pengarang berpendapat bahwa unit manufactur sebaiknya tidak dijadikan pusat
laba kecuali jika unit tersebut menjual sebagian besar hasil produksinya
konsumen luar, mereka menganggap bahwa unit yang prioritasnya adalah menjual ke
unit bisnis lain sebagai pusat laba semua, atas dasar bahwa pendapatan yang
dihasilkan dari penjualan ke unit lain dalam perusahaan merupakan fakta yang
palsu. Walaupun begitu, beberapa perusahaan membuat pusat laba untuk unit
semacam ini. Jika dirancang dengan baik, sistem tersebut dapat menciptakan
insentif yang sama dengan yang didapat dari penjualan ke konsumen luar.
4. Unit Pendukung dan Pelayanan
Unit-unit
pemeliharaan, teknologi informasi, transportasi, teknik, konsultan, layanan
konsumen, dan aktivitas pendukung sejenis dapat dijadikan sebagai pusat laba.
Unit bisnis tersebut membebankan biaya pelayanan yang diberikan, dengan tujuan
finansial untuk menghasilkan bisnis yang mencukupi sehingga pendapatan setara
dengan pengeluaran.
Ketika
unit jasa dikelola sebagai pusat laba, para manajernya termotivasi untuk
mengendalikan biaya supaya para konsumen tida lari, sementara manajer unit
penerima termotivasi untuk membuat keputusan mengenai apakah jasa yang diterima
sesuai dengan harganya.
5. Organisasi Lainnya
Suatu
perusahaan dengan operasi cabang yang bertanggung jawab atas pemasaran produk
perusahaan di wilayah geograis tertentu, sering kali menjadi pusat laba secara
alamiah. Meskipun manajer cabang tidak memiliki tanggung jawab manufactur atau
pembelian, profitabilitasnya sering kai merupakan satu-satunya ukuran kinerja
yang paing baik. Pengukuran laba merupakan suatu alat motivasi yang sempurna.
Karena itu, toko-toko dalam rantai ritel, restoran-restoran pada rantai makanan
cepat saji, dan hotel-hotel pada rantai hotel merupakan pusat laba.
2.7 Contoh Kasus
Toyota
Motor Corporation (TMC) adalah sebuah perusahaan mobil di Jepang, yang berpusat
di Toyota, Aichi memberikan pelayanan financial dan juga berpartisipasidalam
bidang bisnis lainnya. Toyota Motor Corporation didirikan pada September 1933
sebagai divisi mobil Pabrik Tenun Otomatis Toyota. Divisi mobil perusahaan
tersebut kemudian dipisahkan pada 27 Agustus 1937 untuk menciptakan Toyota
Motor Corporation seperti saat ini. TMC merupakan anggota dari Grup Toyota dan
memproduksi mobil dengan merk Toyota Lexus dan Scion.
Lexus
adalah sebuah merk yang digunakan oleh Toyota Motor Corporation di Amerika
Utara, Timur Tengah, Eropa, Australia, Asia (dipasarkan di Jepang pada 2005)
dan Selandia Baru untuk divisi mobilnya. Lexus pertama kali diperkenalkan pada
1989 di Amerika Serikat. Pada tahun 2006, Lexus dijual di 68 negara di seluruh
dunia. Kantor pusat Lexus berada di Aichi Jepang.
Project
Lexus dimulai pada tahun 1983, sebuah tim besar terdiri dari engineer terbaik
dari Toyota Motor Corporation, berusaha untuk membuat sedan yang bisa
mengalahkan sedan terbaik dunia. Hasilnya adalah Lexus LS 400 yang
diperkenalkan pada North America International Motorshow 1989.
Merk
ini terutama bersaing dengan merk mewah tradisional Jerman seperti Audi, BMW,
Jaguar, dan Mercedes-Benz . Lexus sudah balik ke Jepang pada tahun 2005. Lalu
menyusul secara global pada tahun-tahun berikutnya, termasuk Indonesia pada
tahun 2007. Lexus terinspirasi dari suksesnya Toyota Supra dan Toyota Cressida.
Keduanya merupakan mobil berpenggerak roda belakang dengan mesin M berperforma
tinggi.
Sedangkan Scion adalah merk yang diproduksi
oleh Toyota Motor Corporation untuk pasar Amerika Utara. Berdiri mulai Maret
2002, tujuan dari berdirinya Scion adalah untuk menarik perhatian konsumen
golongan kemudian diluncurkan juga Scion tC, sebuah mobil sport-soupe tahun
2004 di AS.
Dari
sejarah diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Toyota membagi basis unit
produksinya dari kelas biasa sampai kelas mobil mewah yang dimana sistem
manajemennya dibagi per unit bisnis sehingga bisa disebut pusat laba karena
para manajer unit bisnis bertanggung jawab terhadap unit bisnisnya pada
regional masing-masing dimana kita dapat keuntungan seperti murah dalam hal
produksi, murah dalam mencari bahan baku produksi dan mempermudah dalam hal
pemasaran. Akan tetapi dibalik semua keuntungan itu masih ada kekurangannya
yaitu tidak semua perangkat mobil diproduksi di setiap unit produksi, sehingga
masih harus mendatangkan dari negara lain seperti halnya perusahaan Toyota yang
berbasis di Indonesia dimana masih belum bisa membuat mesin Toyota di Negara
Indonesia sehingga masih harus import dari Jepang atau Thailand.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pusat
laba adalah suatu unit organisasi yang didalamnya terdapat selisih antara
pendapatan dan beban yang diukur secara moneter. Dalam menetapkan suatu pusat
laba, suatu perusahaan mendelegasikan kewenangannya dalam pengambilan keputusan
ketingkat yang lebih rendah yang memiliki informasi yang relevan dalam membuat trade-off pengeluaran/pendapatan.
Mengukur laba dalam suatu pusat laba melibatkan penilaian berkaitan dengan
bagaimana pendapatan dan pengeluaran diukur, kuncinya adalah memasukan beban
dan pendapatan dalam laporan manajer pusat laba yang dipengaruhi oleh tindakan
manajer tersebut.ba
Seluruh pusat tanggung
jawab diibaratkan sebagai suatu rangkaian tanggung jawab yang jelas. Manajemen
harus memutuskan apakah keuntungan dari delegasi tanggung jawab laba akan dapat
menutupi kerugiaannya.
DAFTAR PUSTAKA
How to Find the best casinos in Atlantic City
BalasHapus· 전라남도 출장샵 Rating: 3 · 1,762 reviews · Price range: $ (Based on Average Nightly Rates for 구미 출장마사지 a Standard Room from our Partners)Which popular attractions are close to Borgata Hotel 서울특별 출장샵 Casino & Spa?What 논산 출장샵 are some of the property 영천 출장마사지 amenities at Borgata Hotel Casino & Spa?