Sabtu, 07 April 2018

MAKALAH PUSAT LABA


PUSAT LABA
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN




DI SUSUN OLEH     : 1. REKA HAMDANI ( 15110226 )
              2. ROSSY  ( 15110189 )
              3. TRIA FEBRILIA ( 15110231 )
JURUSAN                  : AKUNTANSI
DOSEN                      : USWATUN HASANAH, SE,  MM, M.Ak




JL.RAYA CILEUNGSI JONGGOL KM.1 DESA. CILEUNGSI KIDUL
   KEC.CILEUNGSI KAB.BOGOR 16820 (FLYOVER CILEUNGSI)
                                                TELP : (021) 8249 1984 – 8248 2930

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
            Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah dari Allah SWT, kami dapat menyelesaikan makalah Sistem Pengendalian Manajemen yang berjudul ”Pusat Laba” ini dengan tepat waktu.
            Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan pusat pertanggungjawaban yang ada di suatu perusahaan, terutama pusat laba. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi orang lain dan dapat digunakan sebagai sumber referensi yang sekiranya bisa menjadi ilmu yang bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
            Tentunya dalam penulisan ini, kami memiliki banya kekurangan. Oleh karena itu, kami terbuka untuk semua kritik dan saran yang tentunya bersifat membangun agar dapat dijadikan perbaikan pada masa yang akan datang.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Cileungsi, 10 Maret 2018

Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................       
DAFTAR ISI............................................................................................................. ....
BAB I   PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah........................................................................ ....
1.2.Perumusan Masalah............................................................................... ....
1.3.Tujuan ........................................................................................................
BAB II  PEMBAHASAN
              2.1. Definisi Pusat Laba .............................................................................. ....
              2.2. Manfaat dan Kelemahan Pusat Laba ....................................................
              2.3. Jenis-Jenis Pengukuran Pusat Laba ......................................................
              2.4. Kesulitan yang Dihadapi Pusat Laba ………………….......................
              2.5. Unit Bisnis Sebagai Pusat Laba ……………………………...............
  2.6. Pusat Laba Lainnya ....................................................................……..
  2.7. Contoh Kasus .......................................................................................
BAB III       PENUTUP
              3.1  Kesimpulan................................................................................................       
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

                  








BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Ketika tanggungjawab pelaksanaan keuangan pusat diukur dalam bentuk laba (selisih antara pendapatan dengan beban), pusat tersebutlah yang  disebut sebagai pusat laba.
Keberadaan suatu pusat laba akan relevan ketika perencanaan dan pengendalian laba mengacu kepada pengukuran unit masukan dan keluaran dari pusat laba yang bersangkutan. Langkah utama dalam membuat pusat laba adalah menentukan titik terendah dalam organisasi dimana kedua kondisi diatas terpenuhi.
Seluruh pusat tanggung jawab diibaratkan sebagai suatu kesatuan rangkaian yang mulai dari pusat tanggung jawab yang sangat jelas. Manajemen harus memutuskan apakah keuntungan dari tanggung jawab laba akan dapat menutupi kerugiannya.








1.2       Rumusan Masalah
                        Makalah ini membahas tentang :
1.      Definisi Pusat Laba
2.      Manfaat dan Kelemahan Pusat Laba
3.      Jenis-Jenis Pengukuran Pusat Laba dan Kesulitan yang Dihadapi Pusat laba
4.      Unit bisnis dan Pusat Laba Lainnya

1.3       Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui definisi dari pusat laba atau pusat pertanggungjawaban serta manfaat dan kelemahan pusat laba. Termasuk unit bisnis dan pusat laba lainnya.











BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Definisi Pusat Laba
Pusat laba (profit center) merupakan pusat pertanggungjawaban yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan biaya-biaya dan menghasilkan pendapatan, tetapi tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan tentang investasi. Pusat laba hanya bertanggungjawab terhadap tingkat laba yang harus dicapai.
Menurut Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan dalam bukunya yang berjudul “Sistem Pengendalian Manajemen” yang diterjemahkan oleh F.X. Kurniawan Tjakrawala, menjelaskan bahwa : “Pusat laba adalah suatu unit organisasi dimana didalamnya pendapatan dan pengeluarannya diukur berdasarkan kondisi moneter.” (2002;181).
Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan manajemen senior untuk dapat menggunakan satu indicator yang komprehensif, dibandingkan jika harus menggunakan beberapa indicator.
Banyak keputusan manajemen melibatkan usulan untuk meningkatkan beban dengan harapan bahwa hal itu akan menghasilkan peningkatan yang lebih besar dalam peningkatan penjualan keputusan semacam ini disebut sebagai pertimbangan biaya/pendapatan.
2.2       Manfaat dan Kelemahan Pusat Laba
Manfaat dari pusat laba diantaranya :
1.      Keputusan operasional dapat dilakukan lebih cepat karena tidak memerlukan pertimbangan dari kantor pusat.
2.      Kualitas keputusan cenderung lebih baik, karena dilakukan oleh orang yang benar-benar mengerti tentang keputusan tersebut.
3.      Memberikan tempat pelatihan bagi kemampuan manajerial secara umum dan dapat difungsikan sebagai sarana pelatihan yang handal.
4.      Memudahkan kantor pusat untuk memperoleh informasi profitabilitas dari komponen produk-produk  perusahaan.
5.      Untuk meningkatkan kinerja yang kompetitif, karena output yang jelas dan siap pakai sangat respontif terhadap suatu tekanan.
Kelemahan dari pusat laba diantaranya :
1.      Manajer pusat laba cenderung hanya memeperhatikan laba jangka pendek.
2.      Menimbulkan persaingan organisasi,  yang pada awalnya bekerja sama antara fungsi satu dengan fungsi yang lainnya.
3.      Menimbulkan biaya tambahan yang dikeluarkan untuk kegiatan manajerial divisi.
4.      Terlalu banyak tekanan atas profitabilitas jangka pendek dengan mengorbankan profitabilitas jangka panjang.


2.3       Jenis-Jenis Pengukuran Pusat Laba
a.       Margin Kontribusi
Margin kontribusi merupakan selisih antara pendapatan dengan biaya variabel. Margin kontribusi ini digunakan sebagai alat pengukur kinerja manajer pusat laba dan seluruh pengeluaran pusat laba berda dalam kendali manajer tersebut sedangkan biaya tetap diluar kendalinya.
b.      Laba Langsung
Laba langsung merupakan kontribusi pusat laba dikurangi dengan biaya tetap maupun overhead umum. Ukuran ini menggabungkan pengeluaran seluruh pusat laba, sebagaimana pengeluaran yang terjadi di kantor pusat tidak termasuk dalam perhitungan ini.
c.       Laba yang Dapat Dikendalikan
Pengeluaran-pengeluaran yang dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan. Yang termasuk dalam kategori yang dapat dikendalikan contohnya layanan teknologi informasi. Jika biaya-biaya ini termasuk dalam sistem pengukuran, maka laba yang dihasilkan akan dikurangi dengan seluruh biaya yang dipengaruhi oleh manajer pusat laba tersebut.
d.      Laba Sebelum Pajak
Laba sebelum pajak merupakan seluruh biaya overhead yang dialokasikan ke pusat laba berdasarkan jumlah relatif beban yang dikeluarkan oleh pusat laba. Hal ini akan memberikan kepastian bahwa para manajer pusat laba tidak akan mengeluh karena laporan kinerja mereka tidak akan menunjukkan varians dalam alokasi overhead.
e.       Laba Bersih
Perusahaan mengukur kinerja pusat laba berdasarkan laba bersih, yaitu jumlah laba bersih setelah pajak.
2.4       Kesulitan yang Dihadapi Pusat Laba
Selain manfaat yang diperoleh, pusat-pusat laba dapat menimbulkan beberapa kesulitan, diantaranya :
1.      Pengambilan keputusan yang terdesentralisasi akan memaksa manajemen puncak untuk mengandalkan laporan pengendalian manajemen dan bukan wawasan pribadinya atas suatu operasi, sehingga mengakibatkan hilangnya pengendalian.
2.      Kualitas krputusan yang diambil pada tingkat unit berkurang, jika manajemen kantor pusat lebih mampu dan meiliki informasi yang lebih baik daripada manajer pusat laba pada umumnya.
3.      Perselisihan dapat meningkat karena adanya argumen-argumen mengenai harga transfer yang sesuai, pengalokasian biaya umum yang tepat, dan kredit untuk pendapatan yang sebelumnya dihasilkan secara bersama-sama oleh dua atau lebih unit bisnis.
4.      Para manajer yang kompeten mungkinsaja tidak ada dalam organisasi fungsional, karena tidak adanya kesempatan yang cukup untuk mengembangkan kompetensi manajemen umum.
5.      Tidak adanya sistem yang memuaskan untuk memastikan bahwa optimalisasi laba dari masing-masing pusat laba akan mengoptimalkan laba perusahaan secara keseluruhan.
2.5       Unit Bisnis sebagai Pusat Laba
Para manajer berperan untuk mempengaruhi pendapatan dan beban sedemikian rupa, sehingga dapat dianggap bertanggung jawab atas laba bersih. Meskipun demikian, seorang manajer dapat dibatasi dengan berbagai cara yang sebaiknya dicerminkan dalam desain dan operasi pusat laba, yaitu :
1.      Batasan atas Wewenang Unit Bisnis
Untuk memahami sepenuhnya manfaat dari konsep pusat laba, manajer unit bisnis akan memiliki otonomi dari suatu perusahaan independen. Jika suatu perusahaan dibagi menjadi unit-unit yang sepenuhnya independen, maka perusahaan akan kehilangan manfaat dari sinergi dan ukuran yang ada. Dan jika semua wewenang yang diberikan oleh dewan direksi kepada CEO didelegasikan ke manajer unit bisnis, maka artinya manajer senior melepaskan tanggung jawabnya sendiri. Akibatnya struktur unit bisnis mencerminkan trade-of antara otonomi unit bisnis dan batasan perusahaan. Efektifitasnya suatu organisasi unit bisnis sangat tergantung pada hal tersebut.


2.      Batasan dari Unit Bisnis Lain
Salah satu masalah utama terjadi ketika suatu unit bisnis harus berurusan dengan unit bisnis lain. Sangatlah berguna untuk memikirkan pengelolaan suatu pusat laba dalam hal pengendalian atas tiga jenis keputusan : (1) keputusan produk (2) keputusan pemasaran (3) keputusan perolehan atau sourcing (bagaimana mendapatkan atau memproduksi barang atau jasa). Jika seorang manajer unit bisnis mengendalikan ketiga aktivitas tersebut, biasanya tidak akan ada kesulitan dalam melaksanakan tanggung jawab laba atau mengukur kinerja, semakin sulit melaksanakan tanggung jawab pusat laba tunggal untuk kegiatan aktivitas tersebut.
3.  Batasan dari Manajemen Korporat
Batasan-batasan yang dikenakan oleh manajemen korporat dikelompokan menjadi tiga bagian : (1) batasan yang timbul dari pertimbangan-pertimbangan strategi (2) batasan yang timbul karena adanya keseragaman yang diperlukan dan (3) batasan yang timbul dari nilai ekonomis sentralisasi.
Manajemen korporat juga menggunakan batasan lain. Setiap unit bisnis memiliki perjanjian yang menyatakan aktivitas-aktivitas pemasaran dan atau produksi tersebut harus menjaga untuk tidak beroperasi diluar perjanjian tersebut, meskipun unit produksi tersebut melihat kesempatan laba, selain itu pemeliharaan citra korporat juga memerlukan batasan atas kualitas produk atau atas aktivitas-aktivitas hubungan masyarakat.                
2.6       Pusat Laba Lainnya
1.      Unit-Unit Fungsional
Perusahaan-perusahaan multibisnis biasanya terbai kedalam unit-unit bisnis, dimana setiap unit diperlakukan sebagai unit penghasil laba yang independen. Tetapi, subunit yang ada dalam unit bisnis tersebut dapat saja terorganisasi secara fungsional. Terkadang lebih mudah untuk membuat satu atau lebih untuk fungsional misalnya aktivitas operasi pemasaran, manufactur, dan jasa sebagai pusat laba. Tidak ada prinsip-prinsip tertentu yang menyatakan bahwa jenis unit tertentu yang menyatakan bahwa jenis unit tertentu yang merupakan pusat laba dan yang lainnya bukan. Keputusan pihak manajemen untuk pusat labanya haruslah berdasarkan besarnya pengaruh yang dilaksanakan oleh manajer unit terhadap aktivitas yang mempengaruhi laba bersih.
2.      Pemasaran
Aktivitas pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba dengan membebankan biaya dari produk yang terjual. Harga transfer ini memberikan informasi yang relevan bagi manajer pemasaran dalam membuat trade-off pendapatan/pengeluaran yang optimal dan praktik standar untuk mengukur manajer pusat laba berdasarkan profitibalitasnya akan memberikan evaluasi terhadap trade-off yang dibuat.
3.      Manufactur
Aktivitas manufactur biasanya merupakan pusat beban dimana manajemen dinilai berdasarkan kinerja versus biaya standar dan anggaran overhead. Oleh karena itu, dimana proses manufactur diukur dengan biaya standar, dianjurkan membuat evaluasi yang terpisah atas aktivitas-aktivitas seperti pengendalian mutu, penjadwalan produk, dan keputusan buat atau beli.
Beberapa pengarang berpendapat bahwa unit manufactur sebaiknya tidak dijadikan pusat laba kecuali jika unit tersebut menjual sebagian besar hasil produksinya konsumen luar, mereka menganggap bahwa unit yang prioritasnya adalah menjual ke unit bisnis lain sebagai pusat laba semua, atas dasar bahwa pendapatan yang dihasilkan dari penjualan ke unit lain dalam perusahaan merupakan fakta yang palsu. Walaupun begitu, beberapa perusahaan membuat pusat laba untuk unit semacam ini. Jika dirancang dengan baik, sistem tersebut dapat menciptakan insentif yang sama dengan yang didapat dari penjualan ke konsumen luar.
4.      Unit Pendukung dan Pelayanan
Unit-unit pemeliharaan, teknologi informasi, transportasi, teknik, konsultan, layanan konsumen, dan aktivitas pendukung sejenis dapat dijadikan sebagai pusat laba. Unit bisnis tersebut membebankan biaya pelayanan yang diberikan, dengan tujuan finansial untuk menghasilkan bisnis yang mencukupi sehingga pendapatan setara dengan pengeluaran.
Ketika unit jasa dikelola sebagai pusat laba, para manajernya termotivasi untuk mengendalikan biaya supaya para konsumen tida lari, sementara manajer unit penerima termotivasi untuk membuat keputusan mengenai apakah jasa yang diterima sesuai dengan harganya.
5.      Organisasi Lainnya
Suatu perusahaan dengan operasi cabang yang bertanggung jawab atas pemasaran produk perusahaan di wilayah geograis tertentu, sering kali menjadi pusat laba secara alamiah. Meskipun manajer cabang tidak memiliki tanggung jawab manufactur atau pembelian, profitabilitasnya sering kai merupakan satu-satunya ukuran kinerja yang paing baik. Pengukuran laba merupakan suatu alat motivasi yang sempurna. Karena itu, toko-toko dalam rantai ritel, restoran-restoran pada rantai makanan cepat saji, dan hotel-hotel pada rantai hotel merupakan pusat laba.
2.7       Contoh Kasus
Toyota Motor Corporation (TMC) adalah sebuah perusahaan mobil di Jepang, yang berpusat di Toyota, Aichi memberikan pelayanan financial dan juga berpartisipasidalam bidang bisnis lainnya. Toyota Motor Corporation didirikan pada September 1933 sebagai divisi mobil Pabrik Tenun Otomatis Toyota. Divisi mobil perusahaan tersebut kemudian dipisahkan pada 27 Agustus 1937 untuk menciptakan Toyota Motor Corporation seperti saat ini. TMC merupakan anggota dari Grup Toyota dan memproduksi mobil dengan merk Toyota Lexus dan Scion.
Lexus adalah sebuah merk yang digunakan oleh Toyota Motor Corporation di Amerika Utara, Timur Tengah, Eropa, Australia, Asia (dipasarkan di Jepang pada 2005) dan Selandia Baru untuk divisi mobilnya. Lexus pertama kali diperkenalkan pada 1989 di Amerika Serikat. Pada tahun 2006, Lexus dijual di 68 negara di seluruh dunia. Kantor pusat Lexus berada di Aichi Jepang.
Project Lexus dimulai pada tahun 1983, sebuah tim besar terdiri dari engineer terbaik dari Toyota Motor Corporation, berusaha untuk membuat sedan yang bisa mengalahkan sedan terbaik dunia. Hasilnya adalah Lexus LS 400 yang diperkenalkan pada North America International Motorshow 1989.
Merk ini terutama bersaing dengan merk mewah tradisional Jerman seperti Audi, BMW, Jaguar, dan Mercedes-Benz . Lexus sudah balik ke Jepang pada tahun 2005. Lalu menyusul secara global pada tahun-tahun berikutnya, termasuk Indonesia pada tahun 2007. Lexus terinspirasi dari suksesnya Toyota Supra dan Toyota Cressida. Keduanya merupakan mobil berpenggerak roda belakang dengan mesin M berperforma tinggi.
 Sedangkan Scion adalah merk yang diproduksi oleh Toyota Motor Corporation untuk pasar Amerika Utara. Berdiri mulai Maret 2002, tujuan dari berdirinya Scion adalah untuk menarik perhatian konsumen golongan kemudian diluncurkan juga Scion tC, sebuah mobil sport-soupe tahun 2004 di AS.
Dari sejarah diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Toyota membagi basis unit produksinya dari kelas biasa sampai kelas mobil mewah yang dimana sistem manajemennya dibagi per unit bisnis sehingga bisa disebut pusat laba karena para manajer unit bisnis bertanggung jawab terhadap unit bisnisnya pada regional masing-masing dimana kita dapat keuntungan seperti murah dalam hal produksi, murah dalam mencari bahan baku produksi dan mempermudah dalam hal pemasaran. Akan tetapi dibalik semua keuntungan itu masih ada kekurangannya yaitu tidak semua perangkat mobil diproduksi di setiap unit produksi, sehingga masih harus mendatangkan dari negara lain seperti halnya perusahaan Toyota yang berbasis di Indonesia dimana masih belum bisa membuat mesin Toyota di Negara Indonesia sehingga masih harus import dari Jepang atau Thailand.

















BAB III
KESIMPULAN

3.1   Kesimpulan
                          Pusat laba adalah suatu unit organisasi yang didalamnya terdapat selisih antara pendapatan dan beban yang diukur secara moneter. Dalam menetapkan suatu pusat laba, suatu perusahaan mendelegasikan kewenangannya dalam pengambilan keputusan ketingkat yang lebih rendah yang memiliki informasi yang relevan dalam membuat trade-off pengeluaran/pendapatan. Mengukur laba dalam suatu pusat laba melibatkan penilaian berkaitan dengan bagaimana pendapatan dan pengeluaran diukur, kuncinya adalah memasukan beban dan pendapatan dalam laporan manajer pusat laba yang dipengaruhi oleh tindakan manajer tersebut.ba
                          Seluruh pusat tanggung jawab diibaratkan sebagai suatu rangkaian tanggung jawab yang jelas. Manajemen harus memutuskan apakah keuntungan dari delegasi tanggung jawab laba akan dapat menutupi kerugiaannya.









DAFTAR PUSTAKA




1 komentar:

  1. How to Find the best casinos in Atlantic City
    · 전라남도 출장샵 Rating: 3 · ‎1,762 reviews · ‎Price range: $ (Based on Average Nightly Rates for 구미 출장마사지 a Standard Room from our Partners)Which popular attractions are close to Borgata Hotel 서울특별 출장샵 Casino & Spa?What 논산 출장샵 are some of the property 영천 출장마사지 amenities at Borgata Hotel Casino & Spa?

    BalasHapus